Sesaat Sepi di Kala Ramai

Jarum jam terus berlari dan tak terasa aku telah menghabiskan 86400 detik untuk bermacam hal setiap harinya. Lalu esoknya akan ada detik baru dan begitu seterusnya hari-hari berganti. Duniaku terus berputar dipenuhi tumpukan laporan Farmakoterapi, tugas bikin paper dan jurnal dari antah berantah yang perlu diterjemahkan. Tetapi hari-hariku begitu istimewa karena selalu diisi oleh orang-orang yang tak henti turut mewarnai dengan tawa, suka dan duka. Maen+kuliner bareng, bikin PeeR bareng, window shopping sampe pegel, jalan-jalan ke pantai kalo libur panjang. Semua begitu ramai dan gaduh. Semua terasa melelahkan sekaligus menyenangkan.

Suatu ketika saat aku lelah menghadapi dunia yang berdinamika, aku mencoba berjalan sendiri. Memutar ulang semua peristiwa di memori otak sambil menikmati sekeliling dalam diam. Terkadang sambil menutup mata untuk benar-benar mengerti segalanya. Mengenang jalan yang dulu pernah dilewati, menjalani saat ini, dan berpikir tentang yang akan datang. Dan kemudian aku tahu bahwa ternyata diri ini begitu kecil… begitu tak berarti tanpa Dia. Barulah aku menyadari bahwa segala yang telah kulalui hingga detik ini takkan ada tanpa kuasaNya. Maka yang dapat terucap dari bibir ini hanya kata syukur dan ampun. Dalam sepi, aku mencoba memperbaiki langkah. Menghadap padaNya di sela waktu menjalani kehidupan dunia. Dalam sepi, aku paling merasa menjadi diri sendiri.

Midtest in process…hohohoho….SEMaNgat!!!